Friday, November 13, 2009

KEDAMAIAN DESA YANG MENGGAMIT ANDA PULANG (THE REAL VILLAGE PANORAMA)


Sebuah jeti pendaratan ikan yang berlatar belakang muara sungai yang bersambung ke sebuah teluk. Kelihatan bot dan sampan ditambat di tepian. Pepohon yang menghijau. Awan bagaikan gumpalan kapas: terapung tanpa pasak, tanpa tiang. Langit yang membiru melorong ke angkasa raya. Air yang sesekali berkocak dengan bebayang gigi air permukaan begitu mengasyikkan...

Desa yang masih menghijau. Jauh daripada hiruk-pikuk kenderaan yang membingitkan. Sebuah kehidupan yang serba sederhana. Warisan yang ditinggalkan kepada anak cucu untuk dijaga. Desa ialah akar umbi  kalian. Di situlah jati diri walaupun kalian telah melangkah ke segenap penjuru buana.

Deretan pohonan rhu melonjakkan kekuatan jiwa yang diuji saban waktu dengan pelbagai karenah manusia dan cabaran persekitaran. Rhu masih bertahan dalam keadaan akar yang mencengkam pepasir yang bolos, polos dan mudah sekali terobos. Acahan angin kencang di laut terbuka bukan lagi luar biasa. Datanglah ombak memuncak, pohonan rhu tidak berganjak. Ambillah iktibar ini...

Kesepian ialah teman dan juga taulan di desa. Benar-benar sepi. Bukan seperti insan kota yang kesepian dalam hingar-bingar sekeliling. Lepaskan kesepianmu yang terlonta-lonta di ruang hati. Hiruplah udara segar di desa. Lihatlah kehijauan dan kebiruan. Dua jalur warna alam yang ajaib. Dua gelombang aura yang disatukan dalam memujuk hati yang gundah dan rawan...

Di desa juga lubuk rezeki. Ada projek jambatan puluhan juta ringgit. Bot penambang akan menjadi seperti nasib beca di kota. Jadi hiasan. Jadi pilihan orang yang sesekali kepingin merasai lewat kehidupan masyarakat dahulu. Perlahan-lahan desa tempias dengan kemajuan kota. Taman perumahan muncul di sana sini. Si berada mengintai luang membina mahligai tersergam di desa. Selagi ada yang kelabu mata...

No comments:

Post a Comment